Nadine Chandrawinata. TEMPO/Rully Kesuma
Bekerja sebagai duta lingkungan itu penuh suka dan duka. Berikut penuturan Nadine Chandrawinata, Puteri Indonesia 2005 yang hobi mengkampanyekan keindahan laut Indonesia.
Terumbu karang itu binatang atau tumbuhan, sih?
Ya, hewan-lah hehehe. Kenapa makhluk ini sangat penting untuk dilindungi karena dia pertumbuhannya sangat lambat, bisa 100 tahun baru tumbuh kembali. Jadi, jangan sampai dirusak.
Punya koleksi?
What...mengoleksi terumbu karang? Oh no. Absolutely no! Sewaktu aku kecil sih memang kami pernah punya akuarium air asin, tapi begitu dikuras tiap pekan, pasti semuanya mati. Dari situ, tak lagi. Prinsip saya, kalau ke pantai atau ke mana pun, jangan tinggalkan apa-apa atau ambil apa-apa dari alam. Menikmati keindahan alam itu harus langsung, tidak lewat akuarium atau mengoleksi apa pun yang namanya makhluk yang seharusnya hidup di alam bebas.
Ada pengalaman menarik selama diving terkait terumbu karang?
Bukan menarik, tapi traumatik. Aku takut banget karena nyaris mencelakai aku. Jadi, ketika menyelam di perairan Makassar dua tahun lalu, aku sempat kaget mendengar ledakan sampai tiga kali lagi. Semula aku mengira itu cuma suara jangkar yang dilepas, eh ternyata ulah para nelayan menangkap ikan. Wah, takut banget. Pas menepi ke pantai, aku lihat bayi-bayi hiu yang siripnya sudah hilang. Wah, aku miris banget, sampai menangis.
Banyak orang menangkap hiu hanya untuk mengambil siripnya dan dijual ke luar negeri. Katanya berkhasiat untuk obat. Padahal belakangan aku dapat informasi itu justru kandungan merkurinya sangat tinggi, 42 persen. Sangat berbahaya bagi kesehatan.
Kamu juga pernah jadi duta gajah. Apa yang menarik?
Aku pernah tiga bulan tinggal di Taman Nasional Teso Nilo, Riau. Dari situ aku paham, bahwa yang menjadi leader itu betina. Dia melahirkan dan menjaga anak-anaknya hingga dewasa. Gajah itu amat sensitif dan punya daya ingat tinggi. Sedangkan yang jantan dia akan pergi setelah anaknya lahir.
AMIRULLAH I SUDRAJAT I FANNY
0 komentar:
Posting Komentar